Serie A musim 2021/2022 berakhir pada Minggu malam (22/5/2022) dan AC Milan sukses mengalahkan rival sekota Inter Milan dalam perebutan Scudetto.
Jadi, apakah ini merupakan takdir atau awal dari dinasti AC Milan berikutnya? Klub berjuluk Rossoneri itu tahu satu poin di MAPEI Stadium akan cukup untuk mengunci gelar liga karena keunggulan head to head terhadap Inter Milan, dan akhirnya mereka mempertahankan selisih dua poin.
Pada babak pertama, skuat asuhan Stefano Pioli tampil mengejutkan dan benar-benar mengincar gol cepat melawan Sassuolo, dimana Rafael Leao memberikan tiga assist untuk dua gol Olivier Giroud dan satu gol Franck Kessie yang memastikan AC Milan merajai Serie A setelah 11 tahun.
Bahkan Zlatan Ibrahimovic yang sudah menginjak usia 40 tahun nyaris saja menambah gol keempat saat datang dari bangku cadangan dan sundulannya menjebol gawang Sassuolo, jika tidak terjebak offside. Dan lagi-lagi Leao yang memberikan assist dari sayap kiri.
Dengan Scudetto musim 2021/2022, ini juga menjadi trofi pertama bagi Stefano Pioli di dunia kepelatihan dan membuktikan bahwa ulasan SBOTOP tentang klub berjuluk Rossoneri cukup tepat. Tapi perlu diingat juga bahwa Inter Milan layak dipuji dengan persaingan ketat sepanjang musim.
Agustus tahun lalu, Inter Milan mengucapkan selamat tinggal kepada Antonio Conte dan Romelu Lukaku, dimana kepergian bintang asal Belgia itu memicu gelombang protes terhadap pemilik klub karena kontribusi 24 golnya yang memastikan Scudetto.
Sementara kehadiran Simone Inzaghi cukup mengesankan karena bisa meneruskan laju klub dan juga memberikan dua trofi yaitu Supercoppa Italiana dan Coppa Italia. Namun pada akhirnya, gol Ivan Perisic dan dua gol Joaquin Correa saat mengalahkan Sampdoria tidak berarti untuk kompetisi Serie A.
“Selamat untuk AC Milan. Ini adalah kompetisi yang brilian musim ini. Sampai jumpa musim depan,” Inter Milan lewat Twitter.
Ini adalah cara yang sportif untuk mengakhiri persaingan olahraga 2021/2022, apalagi sebelumnya banyak yang menganggap Serie A kehilangan standar tinggi setelah dominasi Juventus. Namun dengan Napoli, Juventus dan Lazio menempati lima besar klasemen, perhatian juga tertuju pada perebutan posisi keenam dan ketujuh.
MUSIM YANG ‘UNIK’ BAGI AS ROMA
Ini adalah musim yang tidak biasa bagi AS Roma, atau sesekali mereka terlihat mampu menjadi pesaing di kompetisi dalam negeri dan Eropa, ada beberapa hal yang memalukan dan mungkin yang paling diingat adalah kekalahan 1-6 melawan Bodo/Glimt yang notabene tim kecil di ajang Liga Europa.
Namun, musim pertama Jose Mourinho di klub ibukota Italia itu belum berakhir dan bisa menyelesaikannya dengan cara positif. Mereka mengakhiri musim Serie A dengan kemenangan tandang 3-0 atas Torino, yang diperoleh dengan dua gol Tammy Abraham dan eksekusi penalti Lorenzo Pellegrini, membangun kepercayaan diri menjelang final Liga Konferensi Eropa.
Dengan total 17 gol, Tammy Abraham sekarang menjadi pemain Inggris yang menjadi pencetak gol terbanyak dalam satu musim Serie A, mengalahkan rekor 16 gol yang dibuat oleh Gerry Hitchens untuk Inter Milan pada musim 1961/1962.
Di semua kompetisi, mantan striker Chelsea itu telah mencetak 26 gol dalam 51 penampilan. Jadi apakah ini musim yang membuatnya paling berkembang di bawah asuhan Jose Mourinho?
PEREBUTAN KE ZONA EROPA
Serie A sampai akhir benar-benar seru, karena salah satunya adalah Atalanta dan Fiorentina yang harus bertarung memperebutkan satu tempat play-off Liga Konferensi Eropa.
Setelah bermain di Liga Champions UEFA musim ini, kasta ketiga kompetisi Eropa akan menjadi kegagalan bagi Atalanta tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali. Sementara mereka harus mengalahkan laju Fiorentina, tugas yang dihadapi skuat asuhan Gian Piero Gasperini cukup mudah di atas kertas.
Akan tetapi hasilnya mengejutkan karena La Dea justru menelan kekalahan di tangan Empoli dalam pertandingan yang digelar di Bergamo, meskipun sempat beberapa kali membuat perlawanan.
Sedangkan di pertandingan itu, Josip Ilicic menandai kembalinya ke lapangan setelah mengalami masalah kesehatan mental. Itu adalah hal yang luar biasa bagi pemain berusia 34 tahun tersebut, yang telah memainkan 172 pertandingan untuk klub, mencetak 60 gol dan memberikan 44 assist.
Ternyata, bahkan jika Atalanta menang, Fiorentina akan mengalahkan mereka dalam rekor head to head setelah La Viola mengalahkan Juventus dengan skor 2-0 yang menyegel zona Eropa untuk pertama kalinya dalam lima tahun, dimana Alfred Duncan dan Nico Gonzalez menjad protagonis.
TIM PROMOSI YANG LOLOS DEGRADASI
Siapa yang akhirnya bertahan? Jawabannya adalah Salernitana, yang kembali ke Serie A setelah absen selama 23 tahun.
Salernitana memiliki keunggulan dua poin atas Cagliari memasuki pertandingan terakhir. Namun dengan rekor head to head mereka yang identik setelah sepasang hasil imbang 1-1, dan faktor pembagi berikutnya adalah selisih gol dengan Cagliari lebih unggul, jika mereka ingin finish dengan poin yang sama, maka tim Sardinia akan tetap unggul.
Itu berarti Salernitana harus mengalahkan Udinese untuk selamat, sesuatu yang tidak mungkin terjadi pada babak pertama karena tim tuan rumah kebobolan tiga kali di babak pertama dan akhirnya kalah 0-4. Sedangkan Cagliari masih membutuhkan kemenangan melawan Venezia dan dengan 10 menit tersisa, hasilnya tanpa gol dan Salernitana bertahan.
Raoul Bellanova, pemain terbaik mereka pada malam itu, melepaskan tembakan keras namun gagal berbuah gol. Pada tahap itu, hampir semua suporter Salernitana melihat ponsel mereka daripada pertandingan yang sedang berlangsung. Mereka bahkan mungkin lebih fokus bagaimana dengan cara Cagliari bermain. Memasuki injury time, skor tidak berubah dan akhirnya Venezia mengimbangi Cagliari, yang membuat Salernitana tetap di posisi 17 dengan koleksi 31 poin dan lolos dari degradasi meskipun menelan kekalahan.
●●●
Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan
Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan