Prestasi Girona musim ini mencuri perhatian setelah penampilan impresif di awal musim dan persaingan di papan atas La Liga Spanyol. Meskipun sempat memimpin klasemen, Girona sekarang tampaknya kesulitan bersaing dengan Real Madrid dan Barcelona.
Pada pekan ke-31 La Liga Spanyol, Girona bertandang ke markas Atletico Madrid pada Sabtu (13/4/2024) malam WIB dan harus menerima kekalahan dengan 1-3. Meskipun demikian, kekalahan ini tidak mencerminkan penampilan awal yang menakjubkan dari klub Catalan tersebut. Mereka memulai musim dengan enam kemenangan dan satu hasil imbang dalam tujuh pertandingan awal, sehingga berada di puncak klasemen.
Dalam pantauan SBOTOP, hingga paruh pertama musim 2023/2024, Girona hanya mengalami satu kekalahan, yaitu saat kalah 0-3 dari Real Madrid di kandang. Mereka juga mencuri perhatian dengan kemenangan 4-2 melawan Barcelona dan 4-3 melawan Atletico Madrid. Namun, kekalahan kedua mereka datang saat menghadapi Real Madrid pada pekan ke-24 dengan skor 0-4. Los Blancos menjadi satu-satunya tim yang mampu menahan Girona, meraih kemenangan dalam dua pertemuan.
Kekalahan kedua dari Real Madrid tampaknya menghentikan tren positif Girona. Tim promosi La Liga Spanyol tersebut mulai merasakan kekalahan secara beruntun setelahnya dan kini harus bisa bertahan di empat besar klasemen demi lolos ke Liga Champions UEFA musim depan.
KALAH BERUNTUN DI KANDANG LAWAN
Setelah menerima kekalahan telak 0-4 dari Real Madrid di Santiago Bernabeu pada 10 Februari 2024, Girona terus menelan kekalahan saat bermain di luar kandang. Girona kini telah menelan kekalahan dalam lima pertandingan tandang terakhir mereka. Rentetan kekalahan itu dimulai dari kekalahan 0-4 dari Real Madrid, diikuti dengan kekalahan 2-3 di markas Athletic Bilbao, 0-1 dari Mallorca dan Getafe, serta yang terbaru adalah 1-3 dari Atletico Madrid.
Kekalahan dalam lima pertandingan tandang terakhir tersebut jelas tidak mencerminkan performa bagus yang pernah ditunjukkan oleh Girona pada awal musim ini. Awal musim, Girona mampu mencatatkan 11 pertandingan tandang tanpa kekalahan, dengan rincian delapan kemenangan dan tiga hasil imbang.
Meskipun masih ada tujuh pertandingan lagi hingga akhir musim 2023/2024, di mana tiga di antaranya adalah tandang, jika tren negatif ini berlanjut, Girona mungkin akan kesulitan bersaing dengan Real Madrid dan Barcelona untuk merebut gelar juara La Liga Spanyol. Jadi, ada apa dengan tim promosi yang satu ini?
JIKA GAGAL JUARA, GIRONA MASIH DISEGANI
Girona memperlihatkan performa impresif di La Liga Spanyol 2023/2024 sebagai tim promosi. Mereka mampu bersaing dengan tim-tim besar dan menjadi pesaing serius dalam perebutan gelar. Kesuksesan ini tidak terjadi begitu saja. Pada 2005, Girona masih bermain di divisi ketiga, namun kini mereka telah menjadi kekuatan yang diakui, berkat lima faktor utama.
Pertama, kondisi keuangan yang sehat memengaruhi performa tim. Meskipun tanpa dukungan finansial besar, Girona meningkatkan anggaran belanja mereka menjadi 60 juta euro, berkat pendapatan tambahan dari hak siar televisi dan sektor lainnya. Mereka juga bebas dari utang publik.
Kedua, menjadi bagian dari City Football Group, termasuk Manchester City, memberikan keuntungan dalam pertukaran pemain dan sumber daya. Ketiga, fokus pada bakat pemain. Kemitraan dengan Manchester City memungkinkan Girona mendatangkan pemain berkualitas seperti Yan Couto dan Savio.
Keempat, kebijakan transfer yang cerdas. Direktur Olahraga mereka, Quique Carcel, berhasil memilih pemain yang sesuai dengan kebutuhan klub, termasuk Artem Dovbyk dan Yangel Herrera. Kelima, strategi permainan yang dipimpin oleh Michel, dengan gaya high-pressing, telah membuat Girona tampil dominan, didukung oleh performa pemain kunci seperti Yan Couto, Savio, dan Artem Dovbyk.
PEMILIK YANG SAMA DENGAN MANCHESTER CITY, GIRONA BOLEH KE LIGA CHAMPIONS UEFA?
Girona dan Manchester City memiliki kesempatan untuk berlaga bersama di Liga Champions UEFA musim depan, namun keduanya berada di bawah naungan yang sama, yaitu City Football Group (CFG). Pertanyaannya, apakah UEFA akan mengizinkannya?
CFG adalah induk perusahaan yang memiliki sejumlah klub sepak bola di Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Asia, dan Australia. Mereka memiliki mayoritas saham di sembilan klub yang berbeda. Klub-klub tersebut meliputi Manchester City (Inggris), Melbourne City (Australia), New York City FC (Amerika Serikat), Mumbai City (India), Montevideo City Torque (Uruguay), Troyes (Prancis), Lommel (Belgia), Palermo (Italia), dan Bahia (Brasil).
CFG juga memiliki sebagian kecil saham di Girona (Spanyol, 47%), Shenzhen Peng City (Tiongkok, 46,7%), dan Yokohama F. Marinos (Jepang, 20%). Baru-baru ini, mereka mengumumkan kesepakatan dengan Istanbul Basaksehir (Turki).
Situasi ini menarik perhatian ketika Girona dan Manchester City sama-sama berada di papan atas klasemen liga masing-masing dan keduanya masuk zona Liga Champions UEFA. Bagaimana jika kedua tim bertahan di sana hingga akhir musim? Apakah boleh dua klub di bawah naungan satu perusahaan bersaing di kompetisi yang sama?
Menurut aturan UEFA, tidak boleh ada individu atau badan hukum yang mengendalikan lebih dari satu klub dalam kompetisi yang diadakan oleh UEFA (Liga Champions UEFA, Liga Europa, dan Liga Konferensi UEFA).
Pengendalian yang dimaksud mencakup:
- Memiliki mayoritas hak suara di antara pemegang saham.
- Memiliki hak untuk menunjuk atau mengganti anggota administrasi, manajemen, atau dewan pengawas klub.
- Menjadi pemegang tunggal hak suara melalui keputusan yang disepakati oleh para pemegang saham.
- Memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan di klub dengan cara apapun.
Dalam kasus Girona, CFG sebenarnya bukan pemegang mayoritas saham. Namun, ada kekhawatiran bahwa CFG memiliki individu yang memiliki pengaruh besar terhadap kedua klub tersebut. Dalam situasi ini, UEFA akan memeriksa kedua klub tersebut sebelum mengambil keputusan. Namun, kasus RB Leipzig dan RB Salzburg di masa lalu memberikan gambaran. Kedua tim tersebut pernah bermain di Liga Europa dan bahkan berada dalam satu grup pada musim 2018/2019.
UEFA pada saat itu memutuskan bahwa kedua tim harus mengalami “perubahan dalam tata kelola dan struktur”, termasuk dalam pembiayaan, personel, kesepakatan sponsor, dan aspek perusahaan lainnya. Intinya, keduanya harus menjadi entitas yang mandiri dan tidak terkait. Namun, The Athletic menjelaskan bahwa keputusan dalam kasus tersebut tidaklah kaku. UEFA masih bersikap fleksibel dalam mengambil keputusan, dan semuanya dipertimbangkan berdasarkan kasusnya masing-masing, meskipun ada rencana untuk menguatkan aturan terkait hal ini di masa depan. Klub Girona dan Manchester City sendiri masih tenang menghadapi situasi ini. CFG juga diyakini akan berusaha agar salah satu tim tidak menderita akibat dari keputusan tersebut. Prinsipnya, hasil di lapangan tidak boleh dipengaruhi oleh keputusan yang diambil di balik layar.
●●●
Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan
Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan